Ilstrasi dihasilkan AI
Penulis: Edy Purnomo
blokTuban.com - Menjelang akhir tahun, ada rasa yang sering muncul tanpa diminta. Bukan sakit, bukan pula malas. Rasanya seperti capek, tapi bukan capek badan. Banyak orang tetap bekerja, tetap membuka ponsel, tetap menuntaskan kewajiban. Namun di dalam diri, ada dorongan kecil yang berkata, “Sebentar saja, aku ingin berhenti.”
Di tengah dunia yang serba cepat dan digital, perasaan itu sering kita abaikan. Padahal secara psikologis, keinginan untuk berhenti sejenak justru menandakan bahwa pikiran kita sedang mencoba menjaga keseimbangannya sendiri.
Akhir tahun memang punya makna tersendiri. Tanpa kita sadari, ini adalah momen di mana manusia cenderung menoleh ke belakang. Kita mengingat apa saja yang sudah dilewati: rencana yang berhasil, harapan yang tertunda, hal-hal yang berubah tanpa pernah kita rencanakan. Ada yang merasa bangga, ada yang kecewa, ada pula yang hanya merasa lelah tanpa tahu alasannya.
Perasaan-perasaan itu wajar. Dalam psikologi, akhir tahun sering menjadi penanda waktu yang membuat seseorang lebih reflektif. Pikiran kita seperti sedang merapikan pengalaman setahun penuh, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita.
Di sisi lain, hidup kita sekarang tidak bisa dilepaskan dari dunia digital. Bangun tidur membuka ponsel, siang hari berhadapan dengan layar, malam hari masih sempat menggulir media sosial. Informasi datang terus-menerus, kabar orang lain silih berganti, pencapaian demi pencapaian terpampang jelas. Tanpa sadar, kita mulai membandingkan hidup sendiri dengan hidup orang lain.
Lama-kelamaan, pikiran menjadi penuh. Bukan karena terlalu banyak masalah, tapi karena terlalu sedikit jeda. Kita terbiasa sibuk, tapi jarang benar-benar hadir. Capek mental ini sering tidak kita kenali, karena tidak selalu muncul sebagai keluhan yang jelas. Tahu-tahu saja kita merasa mudah lelah, sulit fokus, atau kehilangan semangat terhadap hal-hal yang dulu terasa menyenangkan.
Di sinilah berhenti sejenak menjadi penting. Bukan untuk lari dari tanggung jawab, melainkan untuk mendengarkan diri sendiri. Introspeksi bukan berarti menyalahkan diri atas apa yang belum tercapai. Introspeksi yang sehat justru mengajak kita melihat diri dengan lebih jujur dan lebih ramah.
Alih-alih bertanya, “Kenapa aku tidak sehebat orang lain?”, kita bisa mulai bertanya, “Apa yang sebenarnya sudah aku lewati tahun ini?” Mungkin ada hari-hari sulit yang berhasil kita bertahan. Mungkin ada keputusan kecil yang ternyata membawa perubahan besar. Atau mungkin, kita sadar bahwa selama ini kita terlalu keras pada diri sendiri.
Berhenti sejenak memberi ruang untuk menyadari hal-hal itu. Kita belajar mengenali batas lelah, memahami apa yang membuat kita tertekan, dan menyadari apa yang benar-benar penting. Di tengah dunia digital yang terus meminta perhatian, jeda adalah cara untuk kembali menemukan arah.
Menjelang tahun baru, banyak orang sibuk menyusun resolusi. Tidak ada yang salah dengan itu. Namun sering kali resolusi dibuat terlalu tinggi, terlalu sempurna, seolah hidup harus langsung berubah drastis. Padahal, perubahan yang paling bertahan biasanya justru datang dari niat sederhana: hidup sedikit lebih sadar, sedikit lebih seimbang, dan sedikit lebih peduli pada kesehatan mental sendiri.
Mungkin resolusi terbaik bukan tentang menjadi lebih sibuk atau lebih produktif, tetapi tentang belajar berhenti ketika perlu. Tentang menggunakan teknologi dengan lebih bijak, bukan sekadar lebih sering. Tentang memberi ruang istirahat bagi pikiran, sama seperti kita memberi istirahat bagi tubuh.
Di era serba digital ini, berhenti sejenak memang terasa asing. Namun justru di situlah nilainya. Berhenti bukan berarti tertinggal. Ia adalah bentuk kepedulian pada diri sendiri, sebuah pengingat bahwa kita bukan mesin yang harus terus berjalan tanpa henti.
Akhir tahun mungkin tidak akan menyelesaikan semua masalah. Tetapi dengan berhenti sejenak, kita memberi diri kita kesempatan untuk memahami diri sendiri dengan lebih baik. Dan dari situlah, kesehatan mental bisa mulai tumbuh pelan, tetapi lebih kuat.
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published