
Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Ratusan kendaraan milik penggembira perguruan silat yang nekat konvoi dan berbuat anarkis di wilayah Kabupaten Tuban diamankan petugas kepolisian. Hingga Rabu (09/07/2025) dini hari, sebanyak 170 unit motor dan 294 orang berhasil diamankan, termasuk seorang anak berusia 12 tahun yang masih duduk di bangku SD.
Kapolres Tuban, AKBP William Cornelis Tanasale, menyebut tindakan tegas ini dilakukan sebagai respons atas keresahan masyarakat yang terus berulang tiap kali ada kegiatan pengesahan warga baru perguruan silat.
"Sudah kita larang konvoi, tapi mereka tetap melanggar dan bahkan bertindak anarkis," tegas AKBP Tanasale saat menemui para penggembira yang diamankan di Mapolres Tuban.
Dalam operasi gabungan bersama instansi terkait, polisi melakukan penyekatan di sejumlah titik masuk kota. Penggembira yang terjaring langsung diamankan dan didata. Kapolres menyebut, motor-motor yang digunakan akan ditahan sementara sebagai bentuk efek jera.
"Kalau nanti ketangkap lagi, bukan cuma motornya, orangnya juga akan kita tahan," ujarnya.
Polisi juga menyoroti insiden-insiden serupa yang terjadi di daerah lain. Salah satunya kecelakaan maut di Tulungagung yang menewaskan seorang ibu akibat tertabrak konvoi, serta kasus penusukan peserta konvoi di Malang yang berujung pada kematian.
"Bayangkan, anaknya masih kecil, ibunya meninggal karena ulah kalian. Itu tidak bertanggung jawab!" kata Kapolres dengan nada tegas.
Dari data kepolisian, 294 orang yang diamankan terdiri dari 261 laki-laki dan 33 perempuan. Mereka berasal dari berbagai daerah, termasuk Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Surabaya, hingga Rembang. Ironisnya, di antara mereka ada anak usia 12 tahun yang ikut dalam rombongan.
Para penggembira ini diduga datang karena terprovokasi ajakan di media sosial untuk hadir dan membuat kekacauan dalam kegiatan pengesahan warga baru PSHT. Tak hanya melanggar aturan, beberapa juga kedapatan membawa hingga mengonsumsi miras jenis arak.
"Beberapa ada yang diamuk warga karena merusak dan bikin onar. Bahkan ada yang luka karena jatuh dari motor," ungkap salah satu petugas di lokasi.
Meski demikian, polisi tetap memberikan penanganan medis dan makanan pagi kepada mereka yang diamankan. Nantinya, mereka hanya diperbolehkan pulang jika dijemput langsung oleh orang tuanya dan membuat pernyataan tidak mengulangi perbuatannya.
"Ini juga untuk edukasi ke keluarga agar ikut mengingatkan anak-anaknya. Kalau tidak dijemput, ya tidak boleh pulang," tandas Kapolres.
Langkah tegas ini diambil demi menjaga situasi kamtibmas serta mencegah gesekan antarwarga maupun antarpesilat yang kerap terjadi akibat konvoi tak terkendali.
[Al/Rof]