Anak Muda Jenuh Dunia Maya, Digital Detox Mulai Jadi Pilihan

Reporter: Zaskia

blokTuban.com – Di zaman serba digital seperti sekarang, hampir semua aktivitas kita terhubung dengan layar. Bangun tidur langsung cek notifikasi, siang disibukkan dengan meeting online atau konten sosial media, malamnya malah tenggelam lagi di video-video pendek yang tak ada habisnya.

Nggak heran kalau makin banyak anak muda merasa jenuh, lelah, bahkan stres. Dari sinilah muncul tren Digital Detox, atau istilah gampangnya: puasa gadget. Ini bukan soal sok sibuk atau ingin menyepi, tapi soal merawat kesehatan mental dan menjaga kewarasan di tengah hiruk pikuk dunia maya.

Hal ini juga ditegaskan oleh jurnal ilmiah AKSELERASI Vol. 7 No. 1 Tahun 2025, yang menyebut bahwa digital detox bisa jadi jalan tengah untuk menyeimbangkan hidup antara dunia daring dan nyata—khususnya bagi generasi Milenial dan Gen Z.

Digital Detox Itu Apa Sih?

Digital detox adalah waktu di mana seseorang dengan sadar memutuskan untuk mengurangi atau bahkan berhenti sama sekali menggunakan perangkat digital seperti ponsel, laptop, dan media sosial. Tujuannya sederhana tapi penting: untuk mengurangi stres, memperbaiki kualitas hubungan sosial secara langsung, dan membuat kita lebih "hadir" dalam kehidupan nyata.

Berbeda dengan sekadar uninstall aplikasi, digital detox adalah bentuk tanggung jawab pribadi. Semacam jeda sejenak, untuk kembali mengenali diri, merawat pikiran, dan menjaga jarak dari tekanan pencitraan dan perbandingan sosial yang sering terjadi di media sosial.

Kenapa Anak Muda Butuh Digital Detox?

Generasi muda, khususnya Milenial dan Gen Z, hidup di tengah tekanan digital yang tidak ringan. Media sosial seolah menuntut mereka untuk selalu tampil sempurna—foto harus estetik, status harus positif, dan hidup harus kelihatan bahagia. Di balik semua itu, banyak dari mereka yang justru merasa rendah diri karena terus membandingkan dirinya dengan orang lain.

Ada juga yang merasa harga dirinya tergantung dari berapa banyak like dan komentar positif yang didapat. Bahkan, banyak yang merasa kesepian meski setiap hari terhubung dengan ratusan orang lewat internet. Ditambah lagi, otak terus-menerus menerima informasi dan notifikasi tanpa henti, membuat tubuh dan pikiran lelah tanpa disadari.

Manfaat Digital Detox: Tenang, Fokus, dan Lebih Dekat dengan Dunia Nyata

Berhenti sejenak dari dunia digital ternyata membawa banyak manfaat. Misalnya, kualitas tidur jadi lebih baik karena waktu malam tidak lagi dihabiskan dengan scrolling layar. Pikiran pun jadi lebih tenang karena tidak terus-terusan dibombardir oleh berita negatif atau ekspektasi sosial dari media sosial.

Fokus dalam belajar atau bekerja pun meningkat karena tidak ada gangguan notifikasi setiap lima menit. Selain itu, hubungan dengan orang sekitar bisa jadi lebih hangat karena perhatian kita tidak lagi terbagi antara dunia nyata dan dunia digital.

Yang paling penting, kita jadi punya kontrol lebih besar terhadap hidup. Media sosial bukan lagi pusat kehidupan, tapi hanya alat bantu yang kita gunakan seperlunya.

Milenial dan Gen Z, Beda Gaya Beda Alasan

Meski sama-sama mendapat tekanan dari dunia digital, alasan dan cara Milenial serta Gen Z menjalani digital detox bisa berbeda. Milenial, yang umumnya sudah masuk usia kerja dan lebih dewasa, biasanya memilih detoks digital karena lelah dengan rutinitas dan ingin menyeimbangkan kehidupan profesional dan pribadi. Mereka lebih melihat detoks sebagai cara untuk memperbaiki kualitas hidup, bukan sekadar tren.

Sementara itu, Gen Z yang lahir di era digital, seringkali merasa jenuh karena terlalu lama terpapar konten yang itu-itu saja. Banyak dari mereka mengalami krisis emosional karena tekanan untuk tampil, terlihat eksis, dan selalu up to date. Saat memutuskan untuk detoks, Gen Z kerap merasa gelisah dan takut tertinggal informasi. Tapi menariknya, mereka juga cepat mencari alternatif digital yang lebih sehat—seperti dengar podcast, ikut kelas meditasi online, atau pakai aplikasi mindfulness.

Saatnya Lebih Bijak dengan Dunia Digital

Digital detox bukan berarti kita harus menjauh total dari teknologi. Tapi lebih ke soal bagaimana kita bisa mengendalikan penggunaannya, bukan malah dikendalikan. Sekali-sekali rehat dari layar, ngobrol langsung sama keluarga, atau sekadar duduk diam menikmati waktu—itu bisa jadi langkah kecil tapi berdampak besar.

Catatan Redaksi:

Warga Tuban dan sekitarnya, kalau mulai sering merasa cemas tanpa sebab, tidur tak nyenyak, atau merasa capek padahal seharian cuma rebahan sambil main HP—mungkin itu tandanya tubuh dan pikiran butuh rehat dari dunia digital. Yuk, coba digital detox pelan-pelan. Mulai dari satu jam bebas HP, siapa tahu nanti bisa sehari penuh tanpa notifikasi.