
Oleh: Mochamad Nur Rofiq – Ketua Bidang Siber, Transformasi Digital & Teknologi Informasi, PC GP Ansor Tuban
blokTuban.com - Buruh bukan hanya tenaga penggerak roda industri, tetapi juga bagian penting dari rantai ketahanan pangan bangsa. Di Tuban, kita mengenal banyak buruh tani, buruh industri pengolahan pangan, hingga buruh transportasi hasil panen.
Namun di tengah derasnya arus digitalisasi, peran buruh dalam rantai pangan ini kerap terpinggirkan karena minimnya akses dan literasi teknologi.
Padahal, transformasi digital bukan sekadar urusan kota besar atau industri teknologi tinggi. Ini soal bagaimana teknologi bisa berpihak pada rakyat kecil, termasuk buruh, dalam menjaga akses mereka terhadap pangan dan meningkatkan kesejahteraan.
Melalui pendekatan yang tepat, digitalisasi bisa menjadi alat perjuangan baru bagi buruh.
Misalnya, dengan platform digital, buruh tani bisa mengakses informasi harga komoditas secara real-time, menghindari permainan tengkulak, dan menjual hasil secara langsung ke konsumen. Aplikasi pelacakan distribusi bisa digunakan buruh logistik untuk mengoptimalkan jalur pengiriman bahan pangan.
Bahkan sistem koperasi digital bisa dibangun untuk memperkuat posisi tawar buruh dalam rantai distribusi pangan.
Peran kader GP Ansor dan Banser dalam hal ini sangat strategis. Sebagai garda pemuda NU yang memiliki akar kuat di masyarakat bawah, Ansor harus menjadi jembatan antara teknologi dan kebutuhan riil buruh.
Melalui pelatihan digital, pendampingan teknologi, hingga advokasi kebijakan berbasis data, kita bisa menciptakan model ketahanan pangan yang adil dan berkelanjutan.
Transformasi digital adalah keniscayaan. Tapi ia harus dimaknai sebagai alat perjuangan, bukan sekadar tren. Saat teknologi berpihak pada buruh, saat itulah ketahanan pangan sejati dibangun dari bawah—oleh dan untuk rakyat.