
blokTuban.com -– Anggota DPR/MPR RI Ratna Juwita Sari mengingatkan pentingnya inovasi dalam pembelajaran di Kota Industri. Kabupaten Tuban, Jawa Timur, katanya, merupakan kota yang mulai menjelma menjadi kota industri seiring masuknya industri-industri besar di kabupaten yang berada di pantai utara Jawa ini.
‘’Karena itu, inovasi-inovasi pembelajaran harus dilakukan oleh pengelola pendidikan, untuk menyesuaikan dan menyiapkan sumber daya manusia di era industri tersebut,’’ ujar Ratna Juwita Sari.
Hal itu disampaikan wakil rakyat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu saat memberikan materi dalam Seminar Kebangsaan Peningkatan Inovasi Pembelajaran di Kota Industri Pantura.
Seminar digelar di kampus Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban, Sabtu (2/8) atas kerjasama Ratna Juwita Sari dengan Pusat Kajian Budaya dan Islam Pesisir serta Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) IAINU Tuban. Kegiatan ini dihadiri sejumlah perwakilan lembaga dan praktisi pendidikan dari Tuban dan sekitarnya.
‘’Inovasi pendidikan di era industri harus dilakukan. Saat ini hidup dalam perkembangan yang cepat. Tuban yang akan jadi kota industri juga menuntut percepatan, termasuk pendidikannya,’’ tambahnya.
Perempuan yang juga pengurus DPP Perempuan Bangsa ini memberikan gambaran bagaimana peluang dan tantangan harus dipadukan untuk membangun sebuah kemajuan. Pendidikan menurutnya menjadi vital yang bukan hanya menjadi penopang, tapi juga menjadi lokomotif kemajuan itu sendiri.
‘’Kalau bicara soal kemajuan, pembangunan tidak pernah lepas dari amanat konstituti, yakni pasal 33 UUD 1945. Saat ini kebangsaan kita sudah mulai luntur. Pasal ini mengarah pada demokrasi ekonomi, bahwa kemakmuran harus dinikmati dan merata seluruh rakyat,’’ terangnya.
Untuk mewujudkan kemakmuran yang merata, menurut Ratna Juwita, butuh sumber daya-sumberdaya manusia dan kebijakan yang adaptif dan kompetitif. Sehingga pendidikan menjadi sangat penting untuk melahirkan sumberdaya yang punya daya saing.
‘’Menurut saya, tanpa inovasi pendidikan, tidak akan menciptakan SDM yang siap bersaing. Jika gagal menyiapkan SDM yang handal, maka akan tertinggal di tengah sumber daya yang melimpah,’’ urainya.
Untuk inovasi pendidikan di dunia industri, lanjut perempuan asal Tuban ini, maka sekolah dan lembaga pendidikan harus menjadi garda terdepan dalam pemanfaatan teknologi, termasuk digital, AI dan sejenisnya untuk memberikan pendidikan secara menarik. Menemukan metode pendidikan secara personal untuk menggali potensi sesuai yang dibutuhkan industri.
Maka, lanjutnya, kurikulum yang bisa mendukung dan menyesuaikan kebutuhan dunia industri akan sangat penting. Butuh kerjasama tiga serangkai, yakni industri, akademisi dan pemerintah, pemerintah menciptakan regulasi yang mendukung riset serta pemberdayaan pendidikan.
Sehingga guru dan dosen yang disebutnya sebagai arsitek masa depan, selain proteksi kesejahteraannya yang diperhatikan, pemerintah juga panya kewajiban mendukung upgrading skill. Bisa dalam bentuk pelatihan-pelatihan, mendukung sumberdaya untuk melakukan inovasi-inovasi, sehingga bisa mengasilkan kurikulum yang inovatif. Serta melaksakan terus prinsip long life learning. Belajar tidak hanya di sekolah tapi terus belajar di masana saja.
‘’Jangan berhenti di zona nyaman, tapi terus belajar di manapun untuk meningkatkan skill. Tuban semoga menjadi mercusuar dalam pengembangan pendidikan di era industri serta munculnya SDM-SDM punya daya saing tinggi,’’ katanya.
Rektor IAINU Tuban Prof Dr.Syamsul Huda dalam sambutanyya mengatakan, untuk kesekian kalinya IAINU berupaya melompat, bukan sekadar lari. Dalam proses itu nanti akan melihat fenomena-fenomena apa yang sekarang menggeliat. Akan tau tantangan atau chalenger apa dan bagaimana adaptasi untuk mengatasinya.
‘’Penting untuk mengelola pendidikan dengan melakukan inovasi. Pendidikan bukan sekadar learning to now, tapi learning tobe dan learning to do. Prinsip Unesco harus digunakan, kalau hanya learning to now, hanya mengajarkan pengetahuan, belum tindakan,’’ katanya.
Hal itu sejalan dengan salah satu narasumber KH. Junaidi Hidayat Pondok Pesantren Al Aqobah. Menurutnya, untuk membangun harus dimulai dengan paradigma yang benar dan minset yang benar. Dalam dunia pendidikan kita, lanjutnya, sering disesatkan dengan minset dan paradigma yang salah.
‘’Kita beranggapan sekolah yang baik adalah yang gedungnya mewah, siswanya banyak, penuh keteraturan dan aturan-aturan lainnya, padahal itu tidak menjamin pendidikannya bagus. Kita sering diracuni minset seperti itu,’’ ungkapnya.
Kalau kita salah minset,lanjut dia, maka kita juga akan salah mengambil kebijakan. Orientasi pendidikan kita saat ini menurut dia masih soal ijazah, gelar dan bukan produk. Padahal pendidikan butuh inovasi yang berangkat dari pola pikir yang bebas dan maju.
‘’Kalau setiap hari diberi stadarisasi-standarisasi, aturan, kisi-kisi , maka otaknya tidak jalan. Padahal butuh inovasi, dan inovasi butuh otak yang terbuka. Kalau masih terkungkung standarisasi tidak akan berhasil,’’ tegasnya.[ono]