PHE ONWJ Salah Satu Produsen Minyak Terbesar di Indonesia

Reporter : Ali Imron 

blokTuban.com - Menteri Arifin Tasrif dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan inspeksi proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) di Cirebon pada Selasa (26/3). 

Data yang dihimpun dari Kementrian ESDM, lapangan PHE ONWJ merupakan salah satu lapangan minyak dan gas bumi tertua di Indonesia yang masih beroperasi sejak tahun 1966.

Meskipun sudah berusia, lapangan ini masih memiliki potensi pengembangan, terutama di dua lapangan Zulu yang ditemukan pertama kali pada tahun 1974 dan lapangan GOX Complex.

"Saya ingin menyaksikan lebih dekat lapangan yang masih prospektif, seperti Lapangan Zulu dan GQX Complex, dan kami telah sepakat untuk mempercepat pengembangan Lapangan GOX agar segera kembali berproduksi," ujar Arifin dalam kunjungannya.

Arifin juga meminta PHE ONWJ untuk meningkatkan kinerjanya terutama dalam persiapan infrastruktur proyek pengembangan dan optimalisasi pemanfaatan Floating Storage and Offloading (FSO). "Diperlukan efisiensi waktu dalam mengembangkan GQX Complex karena memiliki potensi besar," tambah Arifin.

Menteri Arifin juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga semangat untuk meningkatkan produksi minyak seiring dengan meningkatnya kebutuhan agar impor minyak tidak semakin besar.

"Penting untuk tetap semangat dalam upaya meningkatkan produksi minyak karena merupakan kebutuhan vital yang harus dipertahankan ketersediaannya. Kita harus menghindari situasi di mana kebutuhan terus meningkat sementara produksi turun," ucap Arifin.

Sejak PT Pertamina mengoperasikan PHE ONWJ pada tahun 2009, produksi PHE ONWJ telah mencatatkan pencapaian yang signifikan. Pada tahun 2023, produksi minyak mencapai 26.580 BOPD dari target APBN 29.000 BOPD atau 91,6%. Sementara itu, produksi gas mencapai 73,9 MMSCFD tanpa target pada APBN. Produksi gas yang terrealisasi adalah 52,4 MMSCFD dari target APBN 55 MMSCFD atau 95,3%.

"Pada 17 Maret 2024, produksi minyak mencapai 25.773 BOPD dari target APBN 3.077 BOPD atau 85,7%. Sementara produksi gas mencapai 73,5 MMSCFD tanpa target pada APBN. Dihasilkan gas sebanyak 50,4 MMSCFD, melampaui target APBN 40 MMSCFD sebesar 95,3%," jelas Pjs General Manager PHE ONWJ, Wirdan Arifin.

Menurut Wirdan, produksi PHE ONWJ termasuk lima besar sebagai produsen minyak di Indonesia.

PHE ONWJ memiliki area operasi yang luas di perairan Utara Jawa Barat, membentang seluas 8.300 kilometer persegi dari Kepulauan Seribu hingga Cirebon, Jawa Barat. 

PHE ONWJ juga mengelola lebih dari 200 anjungan lepas pantai dan lebih dari 200 sumur aktif. Kepiawaian mereka dalam mengoperasikan fasilitas migas lepas pantai membuat mereka dikenal sebagai yang terbaik dalam bidangnya.

Dalam kunjungan ini, Arifin Tasrif bersama Tutuka Ariadji Dirjen Migas, Dwi Sutjipto Kepala SKK Migas, Wahju Wibowo Deputy Eksploitasi SKK Migas, Noor Arifin Direktur Teknik dan Lingkungan, Chalid Said Salim Direktur Utama PHE, Awang Lazuardi Direktur Produksi dan Pengembangan PHE, dan Wirdan Arifin Pjs General Manager PHE ONWJ. 

Sementara itu, PTH Direktur Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina, Ibnu Suhartanto, berkesempatan melepas keberangkatan tim ke Bravo Flowstation.

Anjungan Bravo Flowstation telah beroperasi sejak 1971 dan dikelola oleh PHE ONWJ sejak tahun 2009 hingga sekarang. 

Pada tahun 2017, Blok ONWJ menjadi blok migas pertama di Indonesia yang menerapkan skema kontrak Gross Split, yang merupakan langkah maju dalam industri migas nasional. [Ali/Dwi]