Proyek Kilang Tuban Berpotensi Molor Lagi

Editor: Edy Purnomo

blokTuban.com - Proses Final Investment Decision (FID) dari perusahaan migas asal Rusia, Rosneft Oil Company, untuk megaproyek Kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban berpotensi kembali mundur dari jadwal. Hal ini dipicu oleh berbagai persoalan nonteknis, seperti lambatnya perizinan hingga birokrasi yang dinilai masih berbelit-belit.

Mengutip Bloomberg Technoz, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, mengatakan bahwa proyek ini sebenarnya secara teknis memungkinkan untuk dilanjutkan. Namun, hambatan justru datang dari aspek nonteknis yang membutuhkan dukungan kuat dari pemerintah.

"Kalau teknis, sebetulnya memungkinkan dilakukan. Tapi sering kali terganjal di masalah perizinan dan koordinasi lintas sektor. Yang paling penting adalah political will dari pemerintah pusat dan daerah," jelas Komaidi saat dihubungi Bloomberg Technoz pada Jumat (12/9/2025).

Ancaman Sanksi Tidak Langsung Berdampak ke Indonesia

Terkait dengan ancaman sanksi dari negara-negara Barat terhadap Rusia, Komaidi menilai hal tersebut tidak secara langsung mempengaruhi Indonesia. Ia menyebut bahwa masih banyak negara yang tetap menjalin kerja sama migas dengan Rusia tanpa terkena imbas sanksi.

"Sanksi itu urusan Rusia dengan negara yang menjatuhkan sanksi. Selama investasi Rusia tidak masuk ke negara-negara pemberi sanksi, harusnya bisa tetap berjalan," tambahnya.

Namun, ia tetap mengingatkan pemerintah untuk melakukan kajian matang terhadap rencana investasi Rosneft, mengingat dinamika perdagangan internasional yang sangat cepat berubah.

Pemerintah Tetap Targetkan FID di Kuartal IV-2025

Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, menyatakan bahwa FID proyek Kilang Tuban masih ditargetkan rampung pada kuartal IV tahun 2025.

“Iya, masih ditarget rampung pada kuartal IV-2025,” ujarnya saat ditemui media di Jakarta Pusat, Rabu (10/9/2025).

Meski demikian, Yuliot juga membuka kemungkinan hadirnya investor asing baru jika terjadi perubahan dalam komposisi kepemilikan saham proyek tersebut.

Indonesia Negara Nonblok, Tak Terpengaruh Tekanan Geopolitik

Senada, Direktur Jenderal Migas ESDM, Laode Sulaeman, menegaskan bahwa sanksi dari Uni Eropa dan Amerika Serikat terhadap sektor energi Rusia tidak berpengaruh terhadap penjajakan investasi Rosneft di Indonesia. Ia menegaskan bahwa Indonesia adalah negara nonblok yang tidak terikat pada kepentingan geopolitik negara manapun.

“Kita belum sampai ke situ (batal kerja sama). Presiden juga sudah ke Rusia, dan kita negara nonblok, jadi tidak boleh melihat dari satu sisi saja,” ucap Laode.

Untuk diketahui, Uni Eropa saat ini tengah menyiapkan paket sanksi ke-19 terhadap Rusia, termasuk kemungkinan pencabutan pengecualian terhadap perusahaan migas besar seperti Rosneft.

Proyek Strategis Bernilai USD 24 Miliar

Proyek Kilang Tuban sendiri memiliki nilai investasi yang fantastis, diperkirakan mencapai USD 24 miliar. Kilang ini dirancang untuk memproses hingga 300.000 barel minyak per hari.

Saat ini, proyek masih berada pada tahap pengembangan lahan dan belum masuk ke fase Engineering, Procurement, and Construction (EPC) karena masih menunggu keputusan FID dari Rosneft.

Proyek ini digarap oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) bersama Rosneft melalui skema usaha patungan.

Catatan Redaksi: Artikel ini diolah dari laporan Bloomberg Technoz yang tayang pada 12 September 2025. Redaksi BlokTuban.com telah menyesuaikan gaya bahasa dan struktur agar sesuai dengan kebutuhan pembaca lokal.

Link: https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/83770/birokrasi-rumit-target-fid-rosneft-di-kilang-tuban-rawan-meleset