Makna di Balik Ritual Presiden Prabowo Menyiram Pesawat dengan Air Bunga: Warisan Tradisi Kembang Tujuh Rupa

foto: Presiden Prabowo Subianto memimpin prosesi penyiraman air bunga pada pesawat baru Airbus A400M MRTT.

Reporter: Jihan S

blokTuban.com — Momen Presiden Prabowo Subianto menyiram pesawat militer baru dengan air bunga saat peresmian di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (4/11), menjadi sorotan publik. Di balik prosesi yang tampak sederhana itu, tersimpan makna budaya dan spiritual yang mendalam — sebuah tradisi tua yang dikenal sebagai Kembang Tujuh Rupa atau ritual penyucian dengan air bunga.

Ritual penyiraman dengan air bunga sudah lama dikenal dalam budaya Nusantara. Dalam banyak kepercayaan lokal, air bunga tujuh rupa digunakan untuk menyucikan benda atau kendaraan baru agar membawa berkah dan keselamatan. Tradisi ini sering disebut mandi kembang atau siraman kembang setaman.

Biasanya, bunga-bunga yang digunakan meliputi mawar merah dan putih, melati, kenanga, kantil, sedap malam, serta satu atau dua bunga tambahan sesuai kearifan daerah. Masing-masing memiliki makna spiritual: mawar merah melambangkan keberanian dan perlindungan, mawar putih menandakan ketulusan dan niat suci, melati menjadi simbol kesucian, kenanga dan kantil dipercaya membawa ketenangan dan keberkahan yang melekat, sementara sedap malam mencerminkan keindahan dan ketenangan batin. Air yang digunakan biasanya merupakan air bersih atau air dari tujuh sumber mata air, yang diyakini melambangkan doa keselamatan dari segala penjuru.

Dalam konteks militer, penyiraman air bunga pada pesawat baru tidak hanya menjadi simbol penyambutan, tetapi juga ungkapan rasa syukur dan doa keselamatan bagi para prajurit yang akan mengoperasikannya. Langkah Presiden Prabowo mencerminkan perpaduan antara modernitas dan nilai-nilai tradisi Indonesia — bahwa bahkan di tengah kemajuan teknologi pertahanan, spiritualitas dan kearifan lokal tetap dihormati.

Ritual penyucian seperti ini dikenal dalam berbagai bentuk di seluruh Indonesia. Di Jawa, dikenal sebagai siraman kembang setaman. Di Bali, disebut melaspas, yakni upacara penyucian benda atau bangunan baru. Di Minangkabau dan Bugis, dilakukan doa syukuran dan penyiraman simbolis untuk keselamatan. Meski berbeda nama dan cara, semuanya memiliki makna sama: membersihkan, menyucikan, dan memohon berkah agar benda baru membawa keselamatan, bukan petaka.

Momen Presiden Prabowo menyiram pesawat baru dengan air bunga memperlihatkan bahwa kemajuan pertahanan dan kecanggihan teknologi nasional bisa tetap berjalan seiring dengan pelestarian budaya bangsa. Sebuah pengingat bahwa di balik kemegahan alat utama sistem pertahanan negara, Indonesia tetap menjunjung tinggi nilai spiritual, rasa syukur, dan tradisi leluhur.(dy)