
Reporter: Jihan S
blokTuban.com – Sektor minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia selalu jadi sorotan nasional. Target lifting (produksi siap jual) migas yang ditetapkan dalam APBN 2025 cukup ambisius. Namun, di tengah tantangan struktural, data terbaru justru menunjukkan geliat optimisme yang patut diapresiasi.
Target lifting minyak ditetapkan sebesar 605 ribu barel per hari (bph), sementara target total lifting migas, gabungan minyak dan gas, dipatok sekitar 1,61 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).
Namun siapa sangka, capaian Semester I 2025 justru menunjukkan hasil yang melebihi ekspektasi.
Capaian Positif: Lampaui Target di Awal Tahun
Hingga Juni 2025, angka lifting migas nasional menunjukkan tren menggembirakan:
- Minyak: Produksi mencapai 608,1 ribu bph, lebih tinggi dari target APBN.
- Gas: Kinerja gas bumi bahkan tembus 119% dari target harian.
- Total Migas: Secara keseluruhan, lifting migas mencapai rata-rata 111,9% dari target yang ditetapkan.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, dalam beberapa kali kesempatan menegaskan keyakinannya bahwa target ini bukan sekadar mimpi. “Target APBN 2025 untuk minyak itu 605 ribu barel per day. Sekarang di bulan Juni sudah 608,1. Artinya apa? Kita optimis bisa capai target tahun ini,” ujarnya dalam keterangan pers baru-baru ini.
Sumur Tua Jadi Tantangan Abadi
Meski capaian awal tahun mengesankan, bukan berarti jalan ke depan tanpa rintangan. Salah satu tantangan klasik yang terus menghantui sektor hulu migas adalah kondisi sumur tua.
Berdasarkan data dari Indonesian Petroleum Association (IPA), sekitar 70% sumur minyak di Indonesia sudah dalam kondisi mature. Ini artinya, produksi dari sumur-sumur ini alami penurunan tajam tiap tahunnya. Apalagi, penemuan sumur baru pun belum banyak terdengar gaungnya.
Strategi Pemerintah: Gas Pol di Lapangan
Menjawab tantangan tersebut, Pemerintah tak tinggal diam. Melalui SKK Migas dan Kementerian ESDM, berbagai strategi telah dijalankan untuk mengamankan lifting migas, terutama menjelang tutup tahun:
1. EOR/IOR di Lapangan Tua
Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dan Improved Oil Recovery (IOR) digencarkan. Salah satunya terlihat di Blok Rokan, di mana proyek injeksi air jadi senjata utama memaksimalkan sisa cadangan minyak.
2. Reformasi Regulasi & Insentif Investasi
Penerbitan Permen ESDM No. 13 Tahun 2024 membuka ruang investasi lebih luas melalui skema Gross Split yang fleksibel dan menarik bagi KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama).
3. Optimalisasi Sumur Idle dan Sumur Rakyat
Sumur-sumur tidak aktif (idle well) kini mulai dihidupkan kembali. Pemerintah menggandeng BUMD, koperasi, hingga UMKM untuk mengelola puluhan ribu sumur rakyat yang dinilai potensial.
Bagaimana Dampaknya ke Daerah?
Kabupaten penghasil migas seperti Tuban, Bojonegoro, dan sekitarnya tentu ikut menyambut baik geliat produksi ini. Di lapangan, geliat ekonomi lokal juga diharapkan bisa ikut bergerak mulai dari sektor transportasi, logistik, hingga penyedia jasa lokal.
Jika target lifting migas nasional berhasil tercapai, bukan hanya pusat yang diuntungkan. Dana bagi hasil (DBH) untuk daerah juga berpotensi meningkat, memberi ruang lebih besar untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah operasi migas.
Penutup: Target Realistis, Tapi Butuh Kerja Keras
Melihat capaian Semester I 2025 yang melewati target, bukan tak mungkin Indonesia akan sukses mencapai target lifting migas tahun ini. Namun, kunci keberhasilannya tetap bergantung pada:
• Kecepatan proyek baru untuk onstream di Semester II.
• Efektivitas teknologi di lapangan tua.
• Stabilitas iklim investasi di sektor energi.
Di tengah tantangan global dan domestik, optimisme ini harus dijaga. Jika semua elemen bergerak serentak yakni pemerintah, KKKS, dan masyarakat, bukan mustahil, 2025 jadi tahun kebangkitan produksi migas Indonesia.(dy)